Senin, 23 Mei 2016

SILAMPUKAU

Satu lagi grup musik lahir di kota Surabaya. Namanya cukup unik, yaitu Silampukau. Hari ini, Minggu (19/4/2015), Silampukau meluncurkan album perdana bertitel 'Dosa, Kota, dan Kenangan' di Tambak Bayan, Surabaya.

Band ini digawangi oleh dua musisi muda, Eki Tresnowening dan Kharis Junandharu. Dalam menggarap album, Silampukau tidak sekadar berurusan dengan estetika atau keindahan semata. Sebaliknya, estetika dipahami sebagai perpaduan antara artistik dan perspektif atas realitas sosial.
Hasil gambar untuk SILAMPUKAU
"Kami sedang menjalani hidup di kota yang sama dengan warga kampung Tambak Bayan yang berada di bawah bayang-bayang penggusuran. Kampung Tambak Bayan adalah salah satu kampung yang berada di pusat kota Surabaya dengan akses transportasi umum yang mudah, dekat dengan pasar dan fasilitas publik lainnya, warga setempat juga bekerja di pusat kota," papar Kharis kepada beritajatim.com.
Hasil gambar untuk SILAMPUKAU
Bagi Kharis, persoalan di Tambak Bayan sangat patut untuk diungkap lebih jauh. "Namun sejak tahun 2007, warga di Jalan Tambak Bayan Tengah berhadapan langsung dengan pemilik Hotel V3 yang berusaha menguasai lebih banyak tanah di Tambak Bayan dan Kepatihan. Sebagai kampung tua di Surabaya yang dihuni oleh mayoritas keturunan Tionghoa, kejadian ini sangat disayangkan, pemerintah kota Surabaya pun tidak banyak bersuara," paparnya.

Ditambahkan oleh Kharis, walau didera masalah, masyarakat Tambak Bayan sampai saat ini tetap menyimpan harapan. "Akhirnya setelah mengalami proses negoisasi yang panjang, keputusan terakhir yang dipilih warga adalah relokasi dengan syarat lokasi yang diberikan masih layak untuk ditinggali. Namun semangat warga Tambak Bayan yang mengalami sengketa tanah belum luntur karena mereka memiliki harapan yang besar untuk tempat tinggal yang layak untuk keluarga mereka," tuturnya.

Riwayat, konflik, dan harapan masyarakat Tambak Bayan itulah yang menjadi garapan dan spirit eksetika yang diusung oleh Silampukau. "Suara-suara dalam album perdana kami, Dosa, Kota, dan Kenangan adalah suara-suara dari permasalahan sosial perkotaan yang kami lihat sehari-hari. Kasus Tambak Bayan adalah salah satu gambaran tentang laju kota Surabaya yang semakin menghimpit warga yang tinggal di pusat kota. Kami mencoba merekam kampung ini sebagai ingatan kami sebagai warga Surabaya melalui pertunjukan musik," katanya.
Hasil gambar untuk SILAMPUKAU
Dalam album perdana ini, Silampukau membawa sepuluh lagu dari album Dosa, Kota, dan Kenangan, yaitu Balada Harian, Si Pelanggan, Puan Kelana, Bola Raya, Bianglala, Lagu Rantau (Sambat Omah), Doa 1, Malam Jatuh di Surabaya, Sang Juragan, Aku Duduk Menanti.

Launching album perdana didukung kolaborasi dalam pertunjukan musik di Tambak Bayan, yaitu Rhesa Filbert (The Ska Banton), Erwin Saputra (Others), Bintang Elkana (The Ska Banton), Artha Laksana, Alka, Regi (Unesa), Christabel Annora (pianis), Aji Prasetyo (komikus), Kidung Kelana (musical saw artist), Doni Setiohandono (VOX), Sondy Priatama (OM Air Mata Buaya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar